Titrasi alkalimetri

 Cut Mutia

G1E121012

https://youtu.be/_s5Q5bc45js

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Berdasarkan jurnal penyaji indikator asam basa yang sering digunakan di
    laboratorium untuk titrasi asam basa merupakan indikator sintetis contohnya fenolftalein (PP) dan metil jingga (MJ). Seperti yang kita ketahui metil jingga pada pH 4,4 di katakan basa, mengapa pada indikator metil jingga pada pH 4,4 tersebut bersifat basa, apakah akan berpengaruh terhadap hasil jika digunakan indikator lain??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya, pH 4,4 bukanlah kondisi basa, tetapi lebih merupakan kondisi asam yang lemah. Namun, dalam penggunaan indikator metil jingga, larutan dengan pH sekitar 4,4 akan menghasilkan perubahan warna menjadi kuning, yang menandakan sifat larutan tersebut menjadi basa.

      Indikator metil jingga adalah senyawa organik yang berubah warna tergantung pada pH larutan. Saat larutan bersifat asam, warna indikator metil jingga berubah menjadi merah, sedangkan saat larutan bersifat basa, warna indikator metil jingga berubah menjadi kuning. Namun, pada pH tertentu, yaitu sekitar 4,4, indikator metil jingga berubah warna menjadi kuning, yang sering kali dianggap sebagai warna indikator basa.

      Penjelasannya adalah karena pada pH 4,4, indikator metil jingga berada pada kondisi netral di antara rentang pH asam dan basa. Oleh karena itu, perubahan warna menjadi kuning menunjukkan adanya sedikit kenaikan pH, dan oleh karena itu dapat dianggap sebagai kondisi basa lemah.

      Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan indikator hanya memberikan perkiraan kasar tentang pH larutan, dan untuk menentukan pH secara akurat, pengukuran dengan metode yang lebih tepat harus dilakukan, seperti dengan pH meter atau larutan standar.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini